Nama Samir Kintar menjadi buah bibir banyak orang, khususnya di Lebanon dan memenuhi halaman media-media massa di dunia. Namun tahukah Anda siapa sebenarnya Samir Kintar yang namanya disebut Sekretaris Jenderal Hezbollah Lebanon sebagai tawanan yang harus dibebaskan oleh rezim zionis Israel jika Tel Aviv menghendaki kembalinya dua tentaranya yang ditangkap pejuang Hezbollah Juli 2006 yang lantas menyulut perang 33 hari itu?
Samir Kintar adalah warga Lebanon yang paling lama mendekam di penjara Rezim Zionis Israel. Ia lahir di desa Eibah yang dihuni oleh mayoritas penduduk dari etnis Druz. Desa ini terletak di provinsi Jabal Lubnan (Gunung Lebanon). Tahun 1978, Samir Kintar ditangkap tentara Zionis saat ia ikut ambil bagian dalam operasi anti zionis di kota Nahariya, Palestina Pendudukan (Israel). Lama mendekam di penjara zionis dan peran pentingnya dalam operasi serangan melawan Israel membuatnya disebut Panglima Para Tawanan.
Operasi serangan di Nahariya terjadi pada tanggal 22 April tahun 1978, ketika Samir masih berusia 16 tahun. Bersama tiga orang anggota kelompok Front Rakyat Pembebasan Palestina, masing-masing bernama Abdul Majid Aslan, Mahna Al-Muayyid, dan Ahmad Al-Abras, ia menyusup ke wilayah utara Israel. Setelah upaya penyusupan berhasil, regu ini menyerang tempat kediaman seorang zionis bernama Haran di kota Nahariya. Dalam serangan yang sangat berani, mereka menculik Haran. Namun gerak langkah mereka terhenti ketika berhadapan dengan polisi Zionis. Bentrokan pun tak terhindari. Kedua pihak terlibat baku tembak sengit. Tembak menembak terhenti setelah seorang polisi tewas, dua rekan Samir bernama Aslan dan Muayyid gugur, sedangkan dia dan Ahmad Al-Abras dibekuk polisi. Pihak rezim zionis mengklaim bahwa Samir Kintar dan rekannya menembak mati sandera mereka sebelum polisi meringkus mereka.
Samir Kintar pertama kali ditangkap dan dijebloskan penjara setelah ditangkap dengan tuduhan terlibat dalam rencana penyusupan ke daerah Baisan untuk menahan dan menyandera satu rombongan Zionis. Rencananya jika berhasil, sandera itu akan ditukar dengan tahanan Lebanon yang mendekam di penjara Israel. Akibatnya Kintar dipenjara selama 11 bulan di Jordania.
Sejak berada di penjara rezim zionis Israel Samir Kintar menjalani proses peradilan sampai akhirnya pengadilan Israel pada tanggal 28 Januari 1985 memvonisnya dengan hukuman lima kali masa tahanan seumur hidup ditambah 47 tahun kurungan. Samir Kintar dinyatakan bersalah telah terlibat dalam aksi yang menewaskan lima orang zionis dan melukai satu orang. Samir Kintar saat ini ditempatkan di salah satu sel penjara Hedarim di Israel, sementara rekannya yang bernama Ahmad Al-Abras telah dibebaskan oleh rezim zionis dalam proses pertukaran tawanan antara rezim zionis dan Organisasi Front Rakyat Pembebasan Palestina pada tanggal 21 Mei tahun 1985. Israel menyerahkan Al-Abras kepada markas kepemimpinan pusat gerakan Palestina tersebut.
Rezim zionis Israel selama ini menolak desakan dan tuntutan pembebasan Samir Kintar dan menyatakan bahwa Kintar hanya akan dibebaskan jika pihak Lebanon memberikan informasi tentang keberadeaan Ron Arad, pilot Israel yang hilang dalam penerbangan tahun 1986.
Selama berada di penjara, Samir Kintar memanfaatkan waktunya untuk belajar. Ia berhasil menamatkan studi sebagai mahasiswa pendidikan jarak jauh Universitas Tel Aviv tahun 1988 dan berhak memperoleh gelar sarjana sastera dan ilmu sosial. Tahun 2004, ketika Jerman menjadi mediator perundingan pertukaran tawanan antara Hezbollah Lebanon dan rezim zionis Israel, nama Samir Kintar tercatat sebagai salah satu tahanan yang bakal dibebaskan. Namun Israel ingkar janji dan Samir Kintar tidak dibebaskan. Akan tetapi setelah itu Nasim Nasr, salah satu tahanan penting asal Lebanon dibebaskan oleh Israel.
Sebelum ini, Sekjen Hezbollah Sayid Hassan Nasrollah dalam pidatonya yang bersejarah menjanjikan pembebasan Samir Kintar. Janji itu disebutnya sebagai Wa'd Shadiq yang berarti janji yang benar. Ketika proses perundingan pertukaran tawanan antara Hezbollah dan rezim zionis Israel berjalan Sayid Hassan Nasrollah menyampaikan pidatonya dan mengungkapkan bahwa Hezbollah menyimpan jasad sejumlah tentara Israel yang tewas dalam perang 33 hari.
Pernyataan Sekjen Lebanon itu mengguncang rezim zionis. Pasalnya sampai saat itu tidak ada yang mengetahui hal tersebut, bahkan sanak keluarga tentara-tentara yang tewas itu juga tidak tahu dimana anak dan saudara mereka berada setelah perang usai. Nasrollah tidak main-main. Ia menyebut rezim zionis Israel bodoh ketika mengkhianati kesepakatan tahun 2004 dengan menolak membebaskan tiga tahanan penting Lebanon (Samir Kintar, Nasim Nasr dan Yahya Iskaf). Akibat pengkhiatan itu Hezbolah menggelar operasi penculikan tentara Zionis untuk memaksa Israel membebaskan tahanan-tahanan penting itu.
Operasi serangan bernama Wa'd Shadiq sekali lagi menunjukkan bahwa Hezbollah dan pemimpinnya, Sayid Hassan Nasrollah tidak pernah lupa untuk berusaha membebaskan para tahanan yang mendekam di penjara-penjara rezim zionis Israel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar